Pelita Jogja – Kedutaan Besar Turki di Jakarta menyelenggarakan acara Iftar Ramadhan yang dikemas dengan nuansa seni budaya serta kuliner khas Turki. Acara ini berlangsung di Yunus Emre Institute, Jakarta, pada hari Kamis dan dihadiri oleh berbagai tamu kehormatan dari Indonesia dan Turki.
Dalam sambutannya, Duta Besar Turki untuk Indonesia, Talip Kucukcan, menyampaikan bahwa salah satu daya tarik dalam acara tersebut adalah pertunjukan tari Sufi yang merupakan bagian dari warisan budaya Turki. Menurutnya, kehadiran elemen budaya dalam acara Iftar ini bertujuan untuk semakin mempererat hubungan antara kedua negara melalui aspek seni dan tradisi.
Acara berbuka puasa ini juga menjadi bagian dari perayaan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Turki. Dalam kesempatan itu, Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon, turut hadir untuk merayakan momen penting dalam sejarah hubungan kedua negara.
Duta Besar Turki menjelaskan bahwa angka 75 memiliki makna simbolis dalam diplomasi Indonesia-Turki. Ia menyebutkan bahwa jika diperhatikan dengan lebih saksama, angka 7 mencerminkan berbagai elemen yang melambangkan Indonesia, sementara angka 5 menggambarkan aspek budaya dan kota-kota bersejarah di Turki. Simbolisme ini diharapkan semakin memperkuat hubungan bilateral kedua negara yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade.
Duta Besar Turki juga menyatakan harapannya untuk mempererat hubungan antara Turki dan Indonesia melalui pendekatan budaya serta sejarah. Menurutnya, upaya ini akan menjadi langkah strategis dalam membangun pemahaman yang lebih baik antara masyarakat kedua negara. Ia juga berharap diskusi mengenai budaya dan sejarah ini dapat terus berlanjut, terutama dalam bentuk pertukaran seni dan pengenalan artefak budaya masing-masing negara.
Sebagai bagian dari perayaan, acara Iftar ini juga menghadirkan beragam hidangan khas Turki yang disajikan untuk para tamu. Beberapa makanan yang disuguhkan antara lain Mercimek Çorbası, yaitu sup lentil khas Turki yang biasa dijadikan hidangan pembuka, serta berbagai makanan lainnya seperti Pide, Baklava, Sutlac, Lahmacun, dan Mantı yang sering disebut sebagai pempek ala Turki. Selain itu, hidangan khas Ramadhan seperti Ramazan Pide, roti tradisional yang hanya tersedia selama bulan puasa, turut dihidangkan dalam acara tersebut.
Tidak hanya makanan, para tamu juga dapat mencicipi minuman khas Turki seperti teh Cay dan kopi Turki. Teh Cay yang disajikan dalam acara ini direbus dengan teknik khusus selama hampir 30 menit, sehingga menghasilkan warna pekat serta cita rasa yang khas.
Selain para pejabat Turki, acara ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh penting dari Indonesia, termasuk Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Ismunandar, serta Direktur Diplomasi Kebudayaan Raden Usman. Staf Ahli Ditya Dita juga turut hadir mendampingi Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam kesempatan tersebut.
Dengan diadakannya acara Iftar yang mengusung seni dan budaya, diharapkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Turki semakin erat. Upaya ini tidak hanya memperkuat kerja sama bilateral dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi juga memperdalam pemahaman budaya antara kedua negara. Melalui pertukaran seni dan tradisi, masyarakat Indonesia dapat mengenal lebih jauh keunikan budaya Turki, begitu pula sebaliknya.
Sebagai penutup, Dubes Turki berharap agar acara serupa dapat terus diadakan di masa mendatang, sehingga interaksi budaya antara Indonesia dan Turki dapat semakin berkembang. Ia juga menegaskan bahwa diplomasi budaya merupakan salah satu cara terbaik untuk membangun hubungan yang harmonis dan berkelanjutan antara kedua negara.