Pelita Jogja

Media Warta Tebaru

Ki Warseno 'Slenk', Dalang Kreatif dan Bergelar Doktor, Meninggal Dunia
Berita

Ki Warseno ‘Slenk’, Dalang Kreatif dan Bergelar Doktor, Meninggal Dunia

Pelita Jogja – Dunia seni, khususnya pewayangan, kehilangan salah satu tokoh terbesarnya. Ki Warseno ‘Slenk’, dalang kondang yang berasal dari Solo, meninggal dunia pada Kamis subuh (12/12) setelah berjuang melawan penyakit jantung yang telah dideritanya. Ia menghembuskan napas terakhir setelah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo selama tiga hari. Kabar duka ini disampaikan oleh keponakannya, Jatmiko, yang mengonfirmasi bahwa jenazah Ki Warseno akan dimakamkan di Astana Depokan, Juwiring, Klaten, setelah disemayamkan di rumah duka yang terletak di Kranggan, Kartasura.

Ki Warseno, yang lahir pada 18 Juni 1965 di Klaten, dikenal luas dalam dunia seni wayang kulit di Jawa Tengah. Ia meninggalkan seorang istri, Asih Purwaningtyas, serta dua orang putra, Briyan Pandhit dan Amar Pradopo. Dari kedua putranya, hanya Amar yang memilih mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang dalang.

Sejak masih remaja, Ki Warseno sudah mulai menekuni seni pedalangan. Pada usia 16 tahun, ia mengawali debutnya sebagai dalang, sebuah pencapaian yang tak lepas dari bimbingan sang ayah, Ki Harjadarsana, yang juga merupakan seorang dalang ternama di Kabupaten Klaten. Selain itu, Ki Warseno juga melanjutkan pendidikan pedalangannya dengan mengikuti kursus di STSI Surakarta selama dua semester, yang memperkaya pengetahuannya dalam dunia seni tradisional ini. Dedikasinya untuk terus berkembang membuat Ki Warseno semakin dikenal sebagai sosok yang berani menginovasi seni wayang.

Salah satu kontribusi besar Ki Warseno adalah kemampuannya dalam menciptakan gaya pakeliran yang berbeda dari kebanyakan dalang pada masanya. Ia berhasil menjadikan wayang kulit lebih dekat dengan kalangan muda dengan menggabungkan berbagai jenis musik, seperti rock, punk, dan rap, dengan gamelan. Konsep ini melahirkan genre baru yang dikenal dengan nama wayang campursari, yang mampu menarik perhatian banyak kalangan, terutama generasi muda yang cenderung lebih hura-hura dan suka bereksperimen dengan musik. Kreativitasnya membawa perubahan signifikan dalam dunia seni wayang, menjadikannya lebih relevan di tengah perkembangan zaman.

Namun, meskipun sangat sukses dengan inovasinya, Ki Warseno akhirnya memilih untuk kembali ke akar tradisi. Ia merasa bahwa banyak eksperimen yang dilakukan selama ini hanya bersifat sementara dan tidak dilandasi oleh pencarian yang mendalam. Karena itu, ia memutuskan untuk mengembalikan wayang kulit pada proporsi yang lebih autentik, dengan tujuan mengangkat kembali nilai-nilai moral dalam seni, sesuai dengan pandangannya terhadap kehidupan.

Selain dikenal sebagai dalang, Ki Warseno juga merupakan pendiri Stasiun Radio Suara Slank, sebuah media yang memperkenalkan seni dan budaya Jawa kepada masyarakat. Melalui radio ini, ia berupaya memperkenalkan dan menjaga kelestarian budaya Jawa kepada generasi muda. Bahkan di luar rutinitasnya sebagai dalang, ia tetap mengadakan pementasan wayang kulit setiap malam Sabtu Legi, dengan acara bertajuk “Setu Legen” untuk mengenang hari kelahirannya.

Prestasi Ki Warseno semakin lengkap ketika ia berhasil meraih gelar doktor pada 9 November 2022 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Ia menjadi satu-satunya dalang di Indonesia yang meraih gelar doktor, setelah menyelesaikan disertasi mengenai akuntabilitas dalang dalam pagelaran wayang kulit. Penelitiannya ini menjadi hal yang sangat berharga, karena merupakan topik yang belum pernah dibahas sebelumnya dalam dunia seni wayang. Dengan penelitian tersebut, Ki Warseno berharap dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan studi seni pedalangan di masa depan.

Ki Warseno ‘Slenk’ meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam dunia seni wayang. Karya-karya dan dedikasinya akan terus hidup, menginspirasi banyak orang, dan membawa dampak positif bagi dunia seni serta budaya Jawa. Meski kini telah tiada, semangat inovasi dan kecintaannya pada seni pewayangan akan terus dikenang oleh generasi mendatang.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *