Pelita Jogja – Seorang ahli kesehatan lulusan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI), Dr. dr. Agus Rahmadi, M.Biomed, M.A., M.Si., Ph.D, berhasil menemukan potensi kombinasi ekstrak herbal dan gelombang suara, khususnya bacaan Al-Qur’an, dalam melawan bakteri Salmonella typhi (S. typhi). Penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan efektivitas pengobatan herbal terhadap infeksi penyebab demam tifoid.
Dalam keterangannya di Depok pada hari Kamis, Dr. Agus Rahmadi menjelaskan bahwa demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak serta individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, terutama melalui makanan atau air yang telah terkontaminasi bakteri S. typhi.
Untuk meneliti pengaruh gelombang suara dalam meningkatkan efektivitas obat herbal, ia mengeksplorasi bagaimana bacaan Al-Qur’an dan musik klasik dapat memengaruhi aktivitas antibakteri dari ekstrak herbal tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bacaan Al-Qur’an dengan ekstrak herbal memberikan peningkatan signifikan dalam aktivitas antibakteri dibandingkan dengan ekstrak herbal yang tidak dipengaruhi oleh gelombang suara.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa efek terapeutik dari kombinasi fraksi kunyit dan sambiloto sebagai agen antibakteri alami dapat diperkuat dengan penggunaan gelombang suara. Temuan ini memberikan perspektif baru dalam dunia kesehatan bahwa terapi berbasis suara, terutama bacaan Al-Qur’an, tidak hanya memberikan manfaat spiritual tetapi juga memiliki dampak ilmiah yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan.
Ia juga menyoroti bahwa bulan Ramadan, di mana bacaan Al-Qur’an lebih sering diperdengarkan, bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengoptimalkan manfaat kesehatan fisik dan spiritual secara bersamaan. Dengan adanya penelitian ini, semakin terbuka kemungkinan bahwa bacaan Al-Qur’an dapat berkontribusi dalam berbagai aspek kesehatan selain aspek keagamaan.
Saat ini, antibiotik masih menjadi metode utama dalam pengobatan demam tifoid. Namun, meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotik menjadi ancaman serius bagi efektivitas pengobatan konvensional. Oleh karena itu, menurut Dr. Agus, diperlukan alternatif yang lebih aman dan efektif, salah satunya dengan mengembangkan pengobatan berbasis herbal yang memiliki efek antibakteri kuat namun lebih minim risiko resistensi.
Di bawah bimbingan Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si., dan Prof. Dr. apt. Herman Suryadi, M.S., Dr. Agus meneliti efektivitas ekstrak dari Curcuma domestica (kunyit) dan Andrographis paniculata (sambiloto). Kunyit telah lama dikenal memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri, sedangkan sambiloto memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu mengatasi infeksi.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa fraksi dan ekstrak dari kunyit serta sambiloto memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. typhi. Tingkat efektivitasnya pun bervariasi tergantung pada jenis fraksi serta konsentrasinya. Dengan demikian, kombinasi dua bahan herbal ini memiliki potensi besar dalam membantu pengobatan tifoid secara alami.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Agus ini membuka peluang besar bagi pengembangan obat herbal yang lebih efektif untuk menangani infeksi bakteri. Hal ini menjadi kabar baik bagi masyarakat yang menginginkan alternatif pengobatan selain antibiotik konvensional, terutama dalam menghadapi tantangan resistensi bakteri yang terus meningkat.
Lebih jauh lagi, temuan ini juga menjadi langkah maju dalam menciptakan solusi kesehatan yang lebih berkelanjutan dan aman. Pendekatan holistik yang menggabungkan ilmu medis, pengobatan herbal, serta aspek spiritual ini dapat memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat, tidak hanya dalam pengobatan tifoid tetapi juga dalam meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan lebih banyak penelitian lanjutan yang dapat mengembangkan terapi kombinasi serupa untuk berbagai penyakit lainnya. Jika terbukti efektif, konsep ini dapat menjadi paradigma baru dalam dunia kesehatan yang menggabungkan kearifan lokal, ilmu farmasi modern, dan terapi berbasis suara untuk menciptakan metode pengobatan yang lebih alami dan aman bagi semua kalangan.